Saturday, October 25, 2008

LAPORAN JEPITAN SARAF (CARPAL TUNNEL SYNDROME)

For any1 who needs this information, u can read it intentionally, or even u make my composition as ur reference!!
For anyfault, i aint responsible!
D most important qualification if u want to read and make as reference for ur mind, u have to tell me by sending sms or contacting me to +6281328452132 OR +6285643359787 OR +6281804470620 OR +62818254833 !
It's forbidden for u to make my composition for ur goal without telling me 1st!!!!!


1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nervus medianus tersusun oleh belahan fasikulus lateralis dan belahan fasikulus medialis. Ia membawakan serabut-serabut radiks ventralis dan dorsalis C.6, C.7, C.8, dan T.1. Otot-otot yang dipersarafinya ialah otot-otot yang melakukan pronasi lengan bawah (m.pronator teres dan m.pronator kuadratus), fleksi falangs paling ujung jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari (mm.lumbrikales sisi radial), fleksi jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari pada sendi metakarpofalangeal (mm.lumbrikales dan mm.interoseae sisi radial), fleksi jari sisi radial di sendi interfalangeal (mm.fleksor digitorum profundus sisi radial), oposisi dan abduksi ibu jari (m.opones polisis dan m.abduktor polisis brevis). Kawasan sensoriknya mencakup kulit yang menutupi telapak tangan, kecuali daerah ulnar selebar 11/2 jari. Dan pada dorsum manus kawasan sensoriknya adalah kulit yang menutupi falangs kedua dan falangs ujung jari telunjuk, jari tengah, dan separuh jari manis.
N. medianus sering terjepit atau tertekan dalam perjalanannya melalui m.pronator teres, siku dan retinakulum pergelangan tangan. Pada luka di pergelangan tangan, misalnya, n.medianus dapat terpotong bersama dengan n.ulnaris. Hal itu sering terjadi pada kecelakaan di mana tangan menerobos kaca. Kelumpuhan yang menyusulnya melanda ketiga jari sisi radial, sehingga ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah tidak dapat difleksikan, baik di sendi metakarpofalangeal, maupun di sendi interfalangeal. Ibu jari tidak dapat melakukan oposisi dan abduksi. Atrofi otot-otot tenar akan cepat menyusul kelumpuhan tersebut.
Dari skenario 3 Blok Neurologi, ada beberapa masalah penting, yaitu :
Ø Riwayat Penyakit Sekarang, berupa:
- Seorang wanita berusia 48 tahun, dengan kesemutan dan merasa lemah pada tangan kanan (keluhan utama).
- Gangguan labih jelas (faktor pemberat) apabila untuk bekerja menggunakan tangan kanan berlebihan (misalnya saat mencuci dengan tangan dan mengendarai sepeda motor).
- Penderita sering (kuantitas keluhan) terbangun malam hari karena merasa kesemutan pada tangan kanannya.
- Gangguan akan berkurang (faktor peringan) jika tangan dikibas-kibaskan dan akan hilang juga saat beristirahat.
- Keluhan seperti itu semakin lama semakin berat.
Ø Riwayat Penyakit Dahulu, berupa:
- Sejak dua tahun yang lalu keluhan tersebut sudah muncul tetapi hilang timbul.
Ø Keterangan Penunjang, berupa:
- Hasil pemeriksaan: kekuatan otot normal, atrofi pada otot tangan (tenar dan hipotenar), gangguan sensibilitas berupa hipoaestesia, tes Tinel positif, tes Phalen positif.
- Dokter memberikan obat NSAID dan penanganan di bagian rehabilitasi medik.
- Dokter menasihati pasien agar menghindari posisi-posisi tangan yang salah yang akan menyebabkan keluhan bertambah berat.
B. Rumusan Masalah
Dari masalah-masalah yang ada pada skenario di atas, dan hal-hal yang akan dibahas, antara lain :
a. Carpal Tunnel Syndrome
b.Nervus Ulnaris
C. Tujuan Penulisan
Ø Mengetahui hal yang aneh dalam pemeriksaan fisik dan keterangan-keterangan mengenai pasien tersebut.
Ø Mengetahui gejala-gejalanya lebih lanjut dan penatalaksanaannya.
Ø Pentingnya masalah tersebut untuk dibahas adalah agar kita lebih bisa menambah pengetahuan kita tentang penyakit yang berhubungan dengan sistem kerja saraf dan penyelesaiaannya dalam masyarakat.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah agar mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan anatomi, fisiologi, dan histologi dari sistem saraf pusat dan tepi serta sistem saraf kranial.
b. Menjelaskan klasifikasi, kausa, patoenesis, patofisiologi dari kelainan pada sistem saraf pusat dan tepi.
c. Menjelaskan dasar-dasar diagnosis kelainan sistem saraf pusat dan tepi.
d. Menjeaskan macam-macam cara disgnosis kelainan sistem saraf pusat dan tepi.
e. Menjelaskan penatalaksanaan, prognosis, dan rehabilitasi pada penderita kelainan sistem saraf pusat dan tepi.
f. Melakukan pemeriksaan sistem saraf pusat dan tepi.
g. Menyususn data dari symptom, pemeriksaan fisik, prosedur klinis, dan pemeriksaan laboratorium untuk mengambil kesimpulan suatu diagnosis penyakit susunan saraf.
h. Merancang tindakan preventif penyakit susunan saraf dengan mempertimbangkan factor pencetus.
i. Menjelaskan cara pencegahan komplikasi penyakit susunan saraf.
j. Melakukan penyuluhan kesehatan tentang penyakit susunan saraf dalam rangka upaya preventif dan promotif.
k. Menggunakan teknologi informasi untuk mencari informasi terkini mengenai penyaki susunan saraf.
l. Merancang manajemen penyakit susunan saraf.

2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Kontraksi Otot secara Normal
Otot rangka kita mengalami kontraksi saat terdapat adanya kekuatan menarik antara filamen aktin-miosin. Proses tersebut diawali dengan adanya suatu potensial aksi yang berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada serabut otot. Di setiap ujung, saraf akan menyekresi substansi neurotransmiter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah sedikit. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka banyak “kanal bergerbang asetilkolin” melalui molekul-molekul protein yang terapung pada membran. Terbukanya kanal bergerbang asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Peristiwa ini akan menimbulkan potensial aksi pada membran. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf. Potensial aksi ini akan menimbulkan depolarisasi membran otot dan banyak aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan dalam retikulum ini. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan akan menghasilkan proses kontraksi. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam retikulum sarkoplasma sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti. (Guyton dan Hall, 2007)
B. Carpal Tunnel Syndrome
Atau juga disebut sebagai sindroma terowongan karpal, merupakan suatu neuropati jepitan (entrapment) n.medianus di pergelangan tangan yang menimbulkan parestesia dan kelemahan tangan. Sindroma (kumpulan gejala) ini disebabkan oleh tekanan pada saraf medianus sewaktu saraf ini bersama dengan tendo fleksor jari tangan melewati terowongan yang dibentuk oleh tulang karpal dan ligamentum karpal transversus. Penekanan pada n.medianus dapat disebabkan oleh semua proses yang mencapai saluran karpal. Tenosinovitis lokal pada tendo fleksor jari tangan sering merupakan penyebab sindroma saluran karpal, terutama pada perempuan berusia pertengahan. Edema prahaid atau selama kehamilan juga bisa menimbulkan gejala ini. Gejala dapat dicetuskan oleh aktivitas yang memerlukan fleksi, pronasi, dan supinasi berulang pergelangan tangan, seperti menyulam, mengemudi, menjalankan komputer, dan bermain golf. Penyebab sindroma karpal yang lain (sering bilateral) adalah artritis reumatoid, akromegali, hipotiroidisme, dan amiloidosis. Sindroma saluran karpal unilateral cenderung disebabkan oleh trauma, aktivitas jasmani yang menggunakan satu pergelangan tangan, tuberkolosis, gout, atau penyakit endapan kalsium pirofosfat. (Gilliland, 2007)
Pasien merasa baal (mati rasa) atau parestesia pada permukaan palmar ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah, dan separuh radial jari manis. Dapat timbul rasa baal atau parestesia di seluruh tangan. Nyeri dapat terasa di lengan bawah dan kadang-kadang ke bahu dan leher. Nyeri atau kesemutan pada jari sering timbul pada malam hari dan akan berkurang apabila penderita menggoyang atau menggerak-gerakkan tangan. Kelemahan dan atrofi otot tenar biasanya timbul belakangan dan dapat timbul tanpa gangguan sensorik yang bermakna. Kelemahan otot tenar bermanifestasi sebagai penurunan kekuatan abduksi, oposisi dan fleksi jempol. Pada pemeriksan, gejala parestesia atau nyeri pada jari dapat dicetuskan dengan perkusi di permukaan voler pergelangan tangan (tanda Tinel) atau dengan fleksi penuh pergelangan tangan selama 1 menit (tes Phalen). Tes diagnostik yang lebih peka dan spesifik untuk menimbulkan gejala sindroma saluran karpal adalah dengan menekan saluran karpal dengan sfignomanometer modifikasi yang diatur pada 150 mmHg selama 60 detik. Pada distribusi saraf medianus mungkin dapat dibuktikan adanya penurunan rasa sentuh atau hiperpatia terhadap tusukan jarum dan pelebaran diskriminasi 2 titik. Penelitian tentang hantaran n.medianus memperlihatkan perlambatan latensi melintasi pergelangan tangan, yang memastikan diagnosis. Terapi pasien dengan hanya gejala sensorik dan kelainan minor hantaran saraf adalah bidai pergelangan tangan yang terutama dipakai malam hari, obat antiradang, dan suntikan lokal dengan steroid. Bila gejala menetap atau timbul kelainan motorik, diindikasikan dekompresi saluran karpal secara bedah disertai pembebasan ligamentum karpal transvesus. (Gilliland, 2007)
C. Nervus Ulnaris
N.ulnaris mengandung serabut-serabut rsdiks ventral/dorsal C.8 dan T.1. N.ulnaris merupakan salah satu cabang terbesar dari fasikulus medialis. Di belakang kondilus medialis humeri ia dapat teraba. Otot-otot yang dipersarafinya adalah m.fleksor karpi ulnaris, kedua m.digitorum profundus sisi ulnar, m.palmaris brevis (salah satu pembentuk eminentia hypothenaris), kedua m.lumbrikalis sisi ulnar, kedua m.interosei dorsalis sisi ulnar, m.adduktor polisis, dan bagian ulnar m.fleksor polisis brevis. Karena kelumpuhan otot-otot tersebut, maka tangan yang lumpuh memperlihatkan sikap yang khas, yang dinamakan “clawhand’. Dan dalam pada itu, jari kelingking dan jari manis tidak dapat berfleksi di persendian metakarpofalangeal, sedangkan segenap falangs jari-jari tersebut bersikap menekuk. Lagipula ibu jari tidak dapat melakukan adduksi serta atrofi melanda otot interosei sisi ulnar dan otot-otot hipotenar. Kawasan sensoriknya ialah kulit yang menutupi jari kelingking dan separuh jari manis. Lesi pada n.ulnaris dapat terjadi karena fraktur atau dislokasi di siku. Oleh sebab kubitus valgus atau osteofit, n.ulnaris dapat tergeser sehingga pindah dari belakang kondilus humeri ke depannya. Sering juga kita jumpai neuritis n.ulnaris karena kuman Hansen. Pada tahap dininya dirasakan nyeri sepanjang jari kelingking tetapi pada tahap lanjutnya terdapat anestesia dan “clawhand”. (Mardjono dan Sidharta, 2008)

3. DISKUSI DAN BAHASAN
Salah satu kumpulan gejala yang disebabkan oleh jepitan saraf adalah CTS (Carpal Tunnel Syndrome) atau STK (Sindroma Terowongan Karpal). Terdapat beberapa hipotesis mengenai patogenesis STK. Pada umumnya adalah faktor mekanik dan faktor vaskular sangat berperan dalam timbulnya STK. Sebagian besar STK terjadi secara perlahan-lahan (kronis) akibat gerakan pada pergelangan tangan yang terus menerus sehingga terjadi penebalan atau tenosinovitits pada fleksor retinakulum. Hal ini merupakan penyebab tersering. Pada keadaan kronis terdapat penebalan fleksor retinakulum yang menekan saraf medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama pada saraf medianus akan menyebabkan tekanan intrafasikuler meninggi. Keadaan ini menyebabkan perlambatan aliran vena intrafasikuler. Bendungan/kongesti ini lama-kelamaan akan mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan merusak endotel dan menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesis ini dapat menerangkan keluhan yang sering terjadi pada STK yaitu berupa rasa nyeri dan bengkak terutama pada malam/pagi hati yang akan menghilang atau berkurang setelah tangan yang bersangkutan digerak-gerakkan atau diurut, mungkin karena terjadi perbaikan dari gangguan vaskuler ini. Bila keadaan ini berlanjut, akan terjadi fibrosis epineural dan merusak serabut saraf. Lama kelamaan saraf menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi saraf medianus terganggu.
Pada STK yang akut, biasanya terjadi penekanan/kompresi yang melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf dan saraf menjadi iskemik, selain itu juga terjadi peninggin tekanan fasikuler yang akan memperberat keadaan iskemik ini. Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah yang akan menyebabkan edema dan menimbulkan gangguan aliran darah pada saraf dan merusak saraf tersebut (sama dengan yang kronis). Pengaruh mekanik/tekanan langsung pada saraf tepi dapat pula menimbulkan invaginasi nodus Ranvier dan demielinisasi setempat sehingga konduksi saraf terganggu. Selain dari faktor mekanik dan vaskuler ini mungkin ada keadaan lain yang membuat saraf medianus menderita dalam terowongan karpal.
Etiologi dari STK bisa bermacam-macam. Hal ini bisa salah satunya merupakan pekerjaan atau aktivitas yang menggunakan tangan secara berulang, hal ini merupakan faktor predisposisi dan dapat meningkatkan risiko terjadinya STK. Namun setiap keadaan yang menyebabkan tekanan/kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal merupakan etiologi STK, misalnya:
- Semua keadaan yang mengurangi luas/ukuran terowongan karpal, misalnya kelainan anatomis bawaan, patah tulang. Akromegali osteofit, eksostosis tulang, perkapuran, dll, yang dapat mempengaruhi struktur pergelangan tangan. Dapat pula terjadi penebalan fleksor retinakulum (ini yang tersering) misalnya karena proses radang pada artritis reumatoid.
- Keadaan yang menyebabkan isi terowongan karpal berlebihan, misalnya terdapat otot abberant dalam terowongan, atau terjadi trombosis pada arteri. Yang paling sering menyebabkan isi terowongan karpal berlebihan adalah proses radang seperti tenosinovitis nonspesifik yang dapat menyebabkan penebalan dan fibrosis sinovium, radang tuberkulosis, histoplasmosis. Tofi gout, neoplasma/neurinoma atau ganglion juga pernah dilaporkan.
- Penyakit sistemik yang berhubungan dengan neuropati seperti diabetes melitus, uremi, dll yang ternyata menyebabkan saraf medianus di terowongan karpal menjadi sensitif terhadap jebakan.
- STK akut biasanya disebabkan oleh trauma (fraktur atau dislokasi) pergelangan tangan. Dapat juga karena infeksi pergelangan tangan atau lengan bawah. Perdarahan spontan, trombosis, dll yang kesemuanya dapat menyebabkan peninggian tekanan dalam terowongan karpal dan menekan saraf medianus.
- Keadaan sisitemik lainnya seperti kegemukan, kehamilan, menopause, miksedema, gagal jantung ataupun gangguan keseimbangan hormon yang mengakibatkan penimbunan lemak atau cairan yang juga menimbulkan edema dalam terowongan.
- Defisiensi vitamin B6 (piridoksin) memegang peranan sebagai penyebab STK.
- Idiopatik
Gambaran klinik dari STK umumnya menimbulkan keluhan yang berangsur-angsur. Rasa nyeri di tangan yang biasanya timbul malam atau pagi hari. Penderita sering terbangun karena nyeri dan berusaha mengatasi keluhannya dengan menggerak-gerakkan tangan atau mengurutnya, ternyata rasa nyeri ini dapat hilang atau dikurangi. Keluhan juga berkurang bila tangan atau pergelangan istirahat dan sebaliknya keluhan bertambah pada pergelangan tangan yang menyebabkan tekanan dalam terowongan bertambah. Lama kelamaan keluhan ini makin sering dan makin berat bahkan dapat menetap pada siang maupun malam hari. Rasa baal, kesemutan, atau rasa seperti terkena strum listrik pada jari-jari. Biasanya jari ke-1, 2, 3, dan 4 (sisi radial). Kadang-kadang tidak dapat dibedakan jari mana terkena atau dirasakan gangguan pada semua jari. Dapat pula terasa gangguan pada beberapa jari saja, misalnya jari ke-3 dan ke-4, tetapi tidak pernah keluhan pada jari ke-5 (kelingking saja). Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai lengan atas dan leher,tetapi rasa baal, kesemutan hanya terbatas pada distal pergelangan tangan saja. Jari-jari, tangan, dan pergelangan tangan terdapat edema dan kaku terutama pagi hari dan menghilang setelah mengerjakan sesuatu. Gerakan jari-jari kurang terampil, misalnya sewaktu menyulam atau memungut benda kecil. Bila terjadi pada anak-anak, sering dilaporkan bahwa dia bermain hanya dengan jari ke-4 dan ke-5 saja. Dan juga bisa terjadi otot telapak tangan mengecil dan makin lama makin mengecil.
Diagnosis bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan mototrik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa otot-otot yang diinervasi saraf medianus sisi distal dari terowongan karpal, misalnya m.abduktor polisis brevis, m.fleksor polisis brevis, dan m.lumbrikalis kesatu dan kedua, serta m.oponens polisis. Dilakukan juga pemeriksaan sensorik. Pada STK hampir selalu terdapat parestesia, maka pemeriksaan ini perlu dilakukan. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksan hipoaesteisa, pemeriksaan membedakan 2 titik, pemeriksaan hiperestesia, dan pemeriksaan persepsi vibrasi. Pemeriksaan fungsi ototnom, bisa dilihat apakah terdapat perbedaan keringat, kulit kering dan licin yang berbatas tegas pada distribusi saraf medianus. Tes provokasi juga perlu dilakukan, misalnya tanda dari Tinel, tes tekan, tes bendungan, tes Phalen, tes kebalikan Phalen, tanda mengibaskan tangan (tanda Flick), tes stress saraf medianus yang terjepit, dan kombinasi tes Phalen dan tes tekan. Untuk diagnosis mungkin juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, misalnya EMG dan pemeriksaan laboratorium (meliputi pemeriksaan kadar gula darah, kadar hormon tiroid, dan pemeriksaan darah lengkap). Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah foto polos, tomografi komputer, resonansi magnetik, dan ultrasonografi (USG).
Diagnosis banding dalam kasus dalam skenario yang juga merupakan kemungkinan penyakit yang ada bersama STK adalah neuropati ulnar. Neuropati ulnar juga hampir sama dengan STK, dapat menyebabkan keluhan kesemutan atau kelemahan pada tangan atau nyeri pada lengan. Untuk membedakannya dari STK, pada neuropati ulnar, gangguan sensorik biasanya terbatas pada jari ke-5 dan setengah sisi ulnar jari ke-4. Gangguan motorik akan berpengaruh pada otot-otot intrinsik tangan kecuali oponen polisis, fleksor polisis brevis, abduktor polisis brevis, lumbrikalis kesatu dan kedua.
Terapi yang bisa diberikan adalah terapi konservatif dan terapi operatif (diindikasikan apabila kasus tidak mengalami perbaikan setelah terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar). Terapi konservatif bisa dilakukan dengan:
- Mengistirahatkan pergelangan tangan.
- Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid. Pemberian obat ini diindikasikan karena penebalan fleksor retinakulum (ini etiologi yang tersering) misalnya karena proses radang pada artritis reumatoid.
- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
- Injeksi steroid, misalnya deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg atau metilprednisolon 20 mg/40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau no.25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon m.palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi bisa dilakukan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
- Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
- Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi ada beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan pada dosis besar.
- Fisioterapi, ditujukan pada perbaikan askularisasi pergelangan tangan.
Prognosis dari terapi yang diberikan pada STK ringan umumnya baik. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot-otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan STK setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan. Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang persisten di daerah distribusi n.medianus. Komplikasi yang berat adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia, dan gangguan trofik.
Pencegahan untuk STK bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
- Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisis netral.
- Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.
- Batasi gerakan tangan yang repetitif.
- Istirahatkan tangan secara periodik.
- Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk beristirahat.
- Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara teratur.

4. KESIMPULAN
¨ Hal yang aneh yang terjadi pada adalah seorang wanita berusia 48 tahun, dengan kesemutan dan merasa lemah pada tangan kanan, gangguan labih jelas (faktor pemberat) apabila untuk bekerja menggunakan tangan kanan berlebihan (misalnya saat mencuci dengan tangan dan mengendarai sepeda motor), penderita sering (kuantitas keluhan) terbangun malam hari karena merasa kesemutan pada tangan kanannya, gangguan akan berkurang (faktor peringan) jika tangan dikibas-kibaskan dan akan hilang juga saat beristirahat.
¨ Hasil pemeriksaan: kekuatan otot normal, atrofi pada otot tangan (tenar dan hipotenar), gangguan sensibilitas berupa hipoaestesia, tes Tinel positif, tes Phalen positif.
¨ Perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk menetukan adanya sindrom atau penyakit yang lebih spesifik, mengalami sindrom terowongan karpal (STK) atau juga mengalami neuropati ulnar.
¨ Tanda dan gejala umum STK, antara lain: merasa baal (mati rasa) atau parestesia pada permukaan palmar ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah, dan separuh radial jari manis. Dapat timbul rasa baal atau parestesia di seluruh tangan. Nyeri dapat terasa di lengan bawah dan kadang-kadang ke bahu dan leher. Nyeri atau kesemutan pada jari sering timbul pada malam hari dan akan berkurang apabila penderita menggoyang atau menggerak-gerakkan tangan. Kelemahan dan atrofi otot tenar biasanya timbul belakangan dan dapat timbul tanpa gangguan sensorik yang bermakna. Kelemahan otot tenar bermanifestasi sebagai penurunan kekuatan abduksi, oposisi dan fleksi jempol.
¨ Terapi STK antara lain terapi konservatif dan terapi operatif.
¨ Masalah STK sebagai salah satu bentuk jepitan saraf sangat penting untuk diungkapkan karena masalah ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat kita akibat kesalahan posisi dalam melakukan kegiatan sehari-hari, trauma, atau karena hal lainnya.

5. DAFTAR PUSTAKA
Burns, D. K., V. Kumar. 2007. Sistem Saraf. Dalam: Kumar, V., R. S. Cortran, dan S. L. Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Terjemahan B. U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 903-948.
Dorland, W. A. N. 2007. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Terjemahan H. Hartanto, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gilliland, B. C. 2007. Polikondritis Berulang dan Berbagai Artritis Lain. Dalam: Isselbacher, K. J., E. Braunwald, J. D. Wilson, J. B. Martin, A. S. Fauci, D. L. Kasper. 2007. Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Edisi 13. Terjemahan Asdie, A. H., et. al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 1902-1903.
Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mardjono, M., P. Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat



1 comment:

lha mbuhhh said...

tengkkiuuu sezzz(brigit_cute_abiez)