Wednesday, December 7, 2011

INTERNA - GINJAL HIPERTENSI - HIPERTENSI

A. HIPERTENSI

1. Definisi dan Klasifikasi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal (140/90) pada kondisi istirahat. Klasifikasi hipertensi pada umumnya digunakan klasifikasi JNC 7.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Normal

< 120

Dan

< 80

Prehipertensi

120 – 139

Atau

80 – 89

Hipertensi derajat 1

140 – 159

Atau

90 – 99

Hipertensi derajat 2

≥ 160

Atau

≥ 100

2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, selama ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu:

a. Hipertensi Primer atau Esensial

Penyebabnya tidak diketahui dan mencakup 95% kasus hipertensi. Hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktorial yang timbul akibat interaksi beberapa faktor risiko, seperti:

1) Pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih, obesitas, aktivitas fisik, stres.

2) Faktor genetis dan usia

3) Sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi diurnal.

4) Ketidakseimbangan antara modulator vasokontriksi dan vasodilatasi.

5) Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan dalam sistem renin, angiotensin, dan aldosteron.

b. Hipertensi Sekunder

Merupakan suatu keadaan dimana peningkatan tekanan darah yang terjadi disebabkan oleh penyakit tertentu. Hipertensi jenis ini mencakup 5% kasus hipertensi. Beberapa penyebab antara lain glomerulonefritis akut, nefritis kronis, kelainan renovaskuler, feokromositoma, Sindrom Conn, dan hipertiroid.

3. Kerusakan Organ Target

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:

a. Jantung seperti LVH (left ventricel hypertrophy), angina atau infark miokard, dan gagal jantung.

b. Otak seperti stroke atau transcient ischemic attack

c. Penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, retinopati

Kerusakan organ target akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya angka morbiditas dan mortalitas hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskuler.

4. Diagnosis

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran. Diagnosis baru dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan antara lain tes darah rutin, glukosa darah (sebaiknya puasa), koleterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum, trigliserida serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum, Hb dan Hct, urinalisis, dan EKG.

5. Penatalaksanaan

Target tatalaksana hipertensi:

ü TD < 140/90 pada individu tanpa risiko tinggi

ü TD < 130/80 pada pasien HT dengan diabetes

ü TD < 125/75 pada pasien HT dengan gagal ginjal (proteinuria > 1g/hari)

Algoritma Tatalaksana Hipertensi

Obat – Obat Hipertensi terdiri dari:

1st line à ACEI, β-blocker, Ca Antagonis, Diuretik, ARB

2nd line à Agonis α-2, vasodilator, penghambat saraf adrenergik

Tabel 2. Jenis Obat HT, sediaan, dan dosis (yang sering digunakan di klinik)

Golongan

Jenis Obat

Dosis (mg)

Frek/hr

Sediaan

Diuretik tiazid

Hct

12,5 – 25

1x

Tab 25 mg

Diuretik kuat

Furosemid

20 – 80

2-3 x

Tab 40mg, amp 20 mg

Torsemid

2,5 – 10

1-2 x

Tab 5,10,20 mg; amp 10 mg/ml

Diuretik hemat K+

Spironolakton

25 – 100

1x

Tab 25, 100 mg

ACEI

Captopril

25-100

2-3x

Tab 12,5; 25 mg

ARB

Lasartan

25-100

1-2 x

Tab 50 mg

Valsartan

80-320

1x

Tab 40, 80 mg

Ca Antagonis

Nifedipin

3-4x

Tab 10 mg

Verapamil

80-320

2-3x

Tab 40, 80, 120 mg

Diltiazem

90-180

3x

Tab 30, 60 mg

β-blocker

Atenolol

Max 100

1x

Tab 5, 100 mg

Bisprolol

Max 10

1x

Tab 5 mg

Propanolol

160

2-3x

Tab 10, 40 mg

Tabel 3. Obat- Obat HT pada kondisi khusus

Tabel 4. Indikasi dan Kontraindikasi Obat Anti Hipertensi

Golongan Obat

Indikasi

Kontraindikasi

Mutlak

Absolut

Diuretik tiazid

Gagal jantung kongestif, geriatri, isolated systolic HT

Gout

Kehamilan

Loop diuretik

Insufisiensi ginjal, gagal jantung kongestif

Diuretik hemat K+

Gagal jantung kongestif, post AMI

Gagal ginjal, hiperkalemia

β-blocker

Angina pectoris, post AMI, gagal jantung kongestif, kehamilan, takiaritmia

Asma, PPOK, AV block derajat 2 atau 3

Peny. pembuluh darah perifer, intoleransi glukosa, atlet, pasien yg aktif secara fisik

Ca Antagonis

(verapamil, diltiazem)

Angina pectoris, aterosklerosis karotis, takakikardia supraventrikuler

AV block derajat 2 atau 3, DC

ACEI

Gagal jantung kongestif, disfungsi ventricel sn, post AMI, non diabetik nefropati, nefropati DM tipe 1, proteinuria

Kehamilan, hiperkalemia, stenosis a. renalis bilateral

ARB

Nefropati DM tipe 2, mikroalbuminuria diabetik, proteinuria, LVH, batuk karena ACEI

Kehamilan, hiperkalemia, stenosis a. renalis bilateral

α-blocker

BPH, hiperlipidemia

Hipotensi ortostatis

Gagal jantung kongestif

No comments: