A. HIPERTENSI
1. Definisi dan Klasifikasi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal (140/90) pada kondisi istirahat. Klasifikasi hipertensi pada umumnya digunakan klasifikasi JNC 7.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 | |||
Klasifikasi Tekanan Darah | Tekanan Darah Sistolik (mmHg) | | Tekanan Darah Diastolik (mmHg) |
Normal | < 120 | Dan | < 80 |
Prehipertensi | 120 – 139 | Atau | 80 – 89 |
Hipertensi derajat 1 | 140 – 159 | Atau | 90 – 99 |
Hipertensi derajat 2 | ≥ 160 | Atau | ≥ 100 |
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, selama ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu:
a. Hipertensi Primer atau Esensial
Penyebabnya tidak diketahui dan mencakup 95% kasus hipertensi. Hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktorial yang timbul akibat interaksi beberapa faktor risiko, seperti:
1) Pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih, obesitas, aktivitas fisik, stres.
2) Faktor genetis dan usia
3) Sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi diurnal.
4) Ketidakseimbangan antara modulator vasokontriksi dan vasodilatasi.
5) Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan dalam sistem renin, angiotensin, dan aldosteron.
b. Hipertensi Sekunder
Merupakan suatu keadaan dimana peningkatan tekanan darah yang terjadi disebabkan oleh penyakit tertentu. Hipertensi jenis ini mencakup 5% kasus hipertensi. Beberapa penyebab antara lain glomerulonefritis akut, nefritis kronis, kelainan renovaskuler, feokromositoma, Sindrom Conn, dan hipertiroid.
3. Kerusakan Organ Target
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
a. Jantung seperti LVH (left ventricel hypertrophy), angina atau infark miokard, dan gagal jantung.
b. Otak seperti stroke atau transcient ischemic attack
c. Penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, retinopati
Kerusakan organ target akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya angka morbiditas dan mortalitas hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskuler.
4. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran. Diagnosis baru dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan antara lain tes darah rutin, glukosa darah (sebaiknya puasa), koleterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum, trigliserida serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum, Hb dan Hct, urinalisis, dan EKG.
5. Penatalaksanaan
Target tatalaksana hipertensi:
ü TD < 140/90 pada individu tanpa risiko tinggi
ü TD < 130/80 pada pasien HT dengan diabetes
ü TD < 125/75 pada pasien HT dengan gagal ginjal (proteinuria > 1g/hari)
Algoritma Tatalaksana Hipertensi
Obat – Obat Hipertensi terdiri dari:
1st line à ACEI, β-blocker, Ca Antagonis, Diuretik, ARB
2nd line à Agonis α-2, vasodilator, penghambat saraf adrenergik
Tabel 2. Jenis Obat HT, sediaan, dan dosis (yang sering digunakan di klinik)
Golongan | Jenis Obat | Dosis (mg) | Frek/hr | Sediaan |
Diuretik tiazid | Hct | 12,5 – 25 | 1x | Tab 25 mg |
Diuretik kuat | Furosemid | 20 – 80 | 2-3 x | Tab 40mg, amp 20 mg |
Torsemid | 2,5 – 10 | 1-2 x | Tab 5,10,20 mg; amp 10 mg/ml | |
Diuretik hemat K+ | Spironolakton | 25 – 100 | 1x | Tab 25, 100 mg |
ACEI | Captopril | 25-100 | 2-3x | Tab 12,5; 25 mg |
ARB | Lasartan | 25-100 | 1-2 x | Tab 50 mg |
Valsartan | 80-320 | 1x | Tab 40, 80 mg | |
Ca Antagonis | Nifedipin | | 3-4x | Tab 10 mg |
Verapamil | 80-320 | 2-3x | Tab 40, 80, 120 mg | |
Diltiazem | 90-180 | 3x | Tab 30, 60 mg | |
β-blocker | Atenolol | Max 100 | 1x | Tab 5, 100 mg |
Bisprolol | Max 10 | 1x | Tab 5 mg | |
Propanolol | 160 | 2-3x | Tab 10, 40 mg |
Tabel 3. Obat- Obat HT pada kondisi khusus
Tabel 4. Indikasi dan Kontraindikasi Obat Anti Hipertensi
Golongan Obat | Indikasi | Kontraindikasi | |
Mutlak | Absolut | ||
Diuretik tiazid | Gagal jantung kongestif, geriatri, isolated systolic HT | Gout | Kehamilan |
Loop diuretik | Insufisiensi ginjal, gagal jantung kongestif | | |
Diuretik hemat K+ | Gagal jantung kongestif, post AMI | Gagal ginjal, hiperkalemia | |
β-blocker | Angina pectoris, post AMI, gagal jantung kongestif, kehamilan, takiaritmia | Asma, PPOK, AV block derajat 2 atau 3 | Peny. pembuluh darah perifer, intoleransi glukosa, atlet, pasien yg aktif secara fisik |
Ca Antagonis (verapamil, diltiazem) | Angina pectoris, aterosklerosis karotis, takakikardia supraventrikuler | AV block derajat 2 atau 3, DC | |
ACEI | Gagal jantung kongestif, disfungsi ventricel sn, post AMI, non diabetik nefropati, nefropati DM tipe 1, proteinuria | Kehamilan, hiperkalemia, stenosis a. renalis bilateral | |
ARB | Nefropati DM tipe 2, mikroalbuminuria diabetik, proteinuria, LVH, batuk karena ACEI | Kehamilan, hiperkalemia, stenosis a. renalis bilateral | |
α-blocker | BPH, hiperlipidemia | Hipotensi ortostatis | Gagal jantung kongestif |
No comments:
Post a Comment